Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Negara sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Rote Ndao sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Kefamenanu sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Senin, 29 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Nabire sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Minggu, 28 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Rasiei sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Tiom sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Sorong sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Sabtu, 27 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Kigamani sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Jumat, 26 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Sugapa sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Tolikara sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Waibakul sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Rabu, 24 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Selong sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Senin, 22 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Oksibil sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Minggu, 21 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Sabu Raijua sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Jumat, 19 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Supiori sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Amlapura sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

 

 

Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efisien untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan ransum yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang punya kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien. Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (banyak anak tiap kelahiran) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertambahan berat babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

 

Pemeliharaan ternak babi berdasarkan tingkatan hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya .

  Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Sikka sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Kamis, 18 Januari 2024

Mengenal Ternak Babi di Bajawa sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Mengenal Ternak Babi di Agats sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi

Babi merupakan jenis ternak monogastrik dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran) pertumbuhannya cepat dan dalam 6 (enam) bulan dapat dipasarkan. Selain itu ternak babi efektif untuk mengkonversi berbagai sisa pertanian dan restoran (sisa makanan) menjadi daging, oleh karena itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral dan vitamin yang tinggi (Ensminger, 1991). Menurut Sihombing (1997) babi merupakan ternak monogastrik (berperut tunggal) yang mempunyai kesanggupan dalam mengubah bahan makanan secara efisien.

Ternak babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan prolific (tiap kelahiran banyak anak) berkisar 8-14 ekor dengan rata-rata 2 (dua) kali kelahiran per tahunnya. Selain itu babi juga memiliki tingkat konversi pakan tinggi yaitu sebesar 2,4-3,4 kilogram ransum per kilogram kenaikan bobot badan dan presentase karkasnya juga tinggi yaitu 70-80% dengan serat dagingnya yang lunak (Aritonang, 1995). Sihombing (1997), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat dipengaruhi oleh bobot sapih, anak babi dengan bobot sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi dengan bobot sapihnya lebih kecil. Menurut Tillman et al (1991) pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian mulai berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti sehingga membentuk kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid.  

Budidaya ternak babi berdasarkan fase hidupnya dibedakan menjadi 3 yaitu (AAK, 1997), yaitu :

  1. Fase Starter atau lepas sapih yaitu anak babi dengan bobot 5 – 10 kg atau berumur 8 – 10 Minggu. Setelah penyapihan anak babi dipisahkan dalam kandang dengan suhu berkisar 27 -280 C agar tidak terjadi setres. Selain suhu dilingkungan kandang, pakan ternak babi untuk fase starter perlu diperhatikan sebab anak babi tidak lagi menyusu pada induk. Untuk kandungan PK (protein kasar) dalam ransum diusahakan 20%, kadar protein ini cukup tinggi. Misalnya pakan yang digunakan antara lain tepung gandum, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati dan krim susu.
  2. Fase Grower, yaitu babi berumur sesudah fase starter sampai dengan 6 bulan. Pada fase ini bobot tubuh ternak babi mencapai 20 – 60 kg. Ransum untuk babi grower tidak begitu tinggi kandungan proteinnya sebab ada kombinasi beberpa nutrisi yang diharapkan bisa menunjang pertumbuhan. Kandungan nutrisi untuk babai fase grower dengan bobot 20-35 kg, EM 3400 kkal/kg PK 16%, Ca 0,60% dan P 0,50 % sedangkan pada bobot 35 – 60 kg EM 3300 kkal/kg,PK14% Ca 0,55% dan P 0,45%
  3. Fase Finisher, yaitu babi penggemukan berumur sesudah melewati fase grower sampai dipotong dengan berat hidup 60 – 100 Kg. kadar protein yang digunakan yaitu EM 3400 kkal/kg PK 13%, Ca 0,50% dan P 0,40 %.

  Sampai disini landasan awal budidaya babi, untuk berikut akan kita sambung di tulisan selanjutnya . Salam Budidaya Sukses untuk Peternak Indonesia      

Senin, 15 Januari 2024

Metode Penggemukan Babi yang Tepat untuk Maksimalkan Bobot

Metode penggemukan babi yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan bobot babi. Babi dengan bobot yang besar memiliki harga jual yang lebih baik. Untuk mencapai hal ini, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan.

Pemilihan Pakan yang Tepat

Pemilihan pakan yang tepat sangat penting dalam penggemukan babi. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi babi. Babi membutuhkan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal. Konsultasikan dengan ahli nutrisi atau dokter hewan untuk menentukan jenis pakan yang tepat untuk babi Anda.

Komposisi Pakan yang Sesuai

Setelah menentukan jenis pakan yang tepat, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan komposisi pakan dengan kebutuhan nutrisi babi. Setiap tahap pertumbuhan babi membutuhkan komposisi pakan yang berbeda. Misalnya, babi yang masih dalam tahap pertumbuhan awal membutuhkan lebih banyak protein daripada babi yang sudah mencapai tahap pertumbuhan maksimal. Pastikan komposisi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi babi pada setiap tahap pertumbuhannya.

Perlakuan Selama Perawatan

Perlakuan yang tepat selama perawatan juga berperan penting dalam penggemukan babi. Pastikan babi mendapatkan lingkungan yang nyaman, bersih, dan sehat. Sediakan tempat tidur yang empuk dan kering untuk babi beristirahat. Jaga kebersihan kandang dan pastikan babi terhindar dari penyakit dan serangga. Selain itu, berikan air minum yang cukup dan segar setiap hari.

Dalam menggemukkan babi, penting juga untuk memperhatikan kebutuhan latihan fisik babi. Berikan ruang gerak yang cukup agar babi dapat bergerak dengan bebas. Latihan fisik yang cukup akan membantu pertumbuhan otot dan memaksimalkan bobot babi.

Dengan menggabungkan ketiga metode di atas, Anda dapat memenuhi kebutuhan nutrisi babi dan memaksimalkan bobotnya dengan lebih baik. Pastikan untuk selalu memantau pertumbuhan babi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Sebagai kesimpulan, metode penggemukan babi yang tepat melibatkan pemilihan pakan yang sesuai, komposisi pakan yang tepat, perlakuan yang baik selama perawatan, dan memberikan kebutuhan latihan fisik yang cukup. Dengan menerapkan metode ini, Anda dapat memaksimalkan bobot babi dan mencapai hasil yang lebih baik.

Mengenal Ternak Babi di Negara sebagai landasan budidaya

Landasan Budidaya Babi     Babi adalah tipe ternak monogastrik dan bersifat prolific (tiap kelahiran banyak anak) pertumbuhannya cepat dan...